Swa News

Mengupas Peta Kekuatan Trio Srikandi Guru Besar Bakal Calon Rektor UIN Maliki Malang 2025–2029

Malang, Swa News –Ada Trio Srikandi Guru besar dari 12 nama yang secara resmi mendaftarkan diri menjadi bakal calon rektor UIN Maliki Malang periode 2025-2029.

Mengupas Peta Kekuatan Trio Srikandi Guru Besar Bakal Calon Rektor UIN Maliki Malang 2025–2029

Srikandi Guru Besar

Proses pendaftaran sudah berakhir, Rabu (23/4). Ketiga sosok perempuan yang akan ikut meramaikan proses kontestasi dari 12 nama guru besar pendaftar tersebut. Antara lain, Prof. Umi Sumbulah, Prof. Ilfi Nurdiana, serta Prof. Sri Harini. Selanjutnya, akan mengikuti proses yang dilakukan panitia penjaringan.

Kalau dilihat dari struktur agenda panitia, setelah proses pendaftaran yang sudah berlangsung 21–23 April 2025, maka berikutnya pada tanggal 24–28 April 2025 akan dilanjutkan Verifikasi Persyaratan Administrasi berbasis dokumen. Kemudian secara berurutan, pada 29 April 2025 Penetapan dan Pengumuman Bakal Calon yang Memenuhi Persyaratan Administrasi.

Selanjutnya, tanggal 30 April 2025, Penyerahan Hasil Penjaringan Bakal Calon Rektor oleh Panitia Penjaringan kepada Rektor. Tanggal 02–23 Mei 2025 Penyerahan hasil penjaringan bakal calon rektor oleh Rektor kepada Senat. Tanggal 23 Mei 2025, Rapat Pertimbangan Kualitatif oleh Senat. Tanggal 26–27 Mei 2025 Penyerahan Hasil Pertimbangan Kualitatif oleh Ketua Senat kepada Rektor. Tanggal 26–27 Mei 2025 Penyerahan Hasil Pertimbangan Kualitatif oleh Rektor kepada Menteri Agama.

Baca juga: Menghadapi Pemilihan Rektor UIN Maliki Malang, KAHMI Merekomendasi 4 Kader Guru Besar Menjadi Kandidat

Srikandi Guru besar

Tiga nama srikandi itu tidak asing bagi kalangan mahasiswa, karyawan, dan dosen, karena ketiganya merupakan sosok yang saat ini masih mengemban jabatan di kampus hijau ini.

Misal, sosok Prof. Umi Sumbulah saat ini menjabat Wakil Rektor 1 Bidang Akademik, kemudian Prof. Ilfi Nurdiana masih menjabat Wakil Rektor 2 Bidang Administrasi, Umum, Perencanaan, dan Keuangan, sedangkan Prof. Sri Harini saat ini merupakan Dekan Fakultas Sains dan Teknologi.

Menurut analisis Swa News ketika membedah profil ketiganya, berdasarkan berbagai sajian media informasi, nampak masing-masing memiliki kualifikasi yang memadai serta kompetensi akademik dan kepemimpinan yang setara.

Swa News juga memetakan relasi ketiganya terkait dengan kesempatan untuk bisa memenangkan kontestasi yang akan berlangsung, dan rupanya ketiganya memiliki peluang yang sama.

Kemungkinan plus-minusnya, sosok Prof. Umi Sumbulah memiliki sentimen positif soal isu gender serta jejaring birokrasi yang ada saat ini. Sisi negatifnya, ada problem personal yang berdampak komunal yang bisa memengaruhi psikologis akibat gesekan politik masa lalu yang relatif serius.

Untuk Prof. Ilfi Nurdiana, sebenarnya sosok ini memiliki jejaring politik yang lebih luas dibanding dua bakal calon srikandi lainnya, karena yang bersangkutan selain memiliki hubungan kultural dengan sumber daya pesantren nahdliyin jejaring birokrasi, dan juga memiliki hubungan patronase dengan elit partai politik. Meski demikian, Prof. Ilfi dinilai memiliki resistensi politik yang sangat kuat karena diasosiasikan dengan salah satu faksi elit politik yang hingga kini masih mengalami konflik dalam internal organisasi keagamaan.

Begitu pula dengan Prof. Sri Harini, secara personal juga punya kelebihan komunikasi dalam membangun jejaring dengan simpul akar kultural nahdliyin. Bahkan, Prof. Harini dinilai memiliki kelebihan membaca arah pragmatisme politik secara baik. Karena kemampuan membaca arah angin politik tersebut, hingga kini Sri Harini selalu mendapat keuntungan politik berupa bonus jabatan. Problemnya, jika dibandingkan dengan dua sosok srikandi lainnya saat ini, Harini memiliki keterbatasan relasi dengan elit sosial, politik, dan birokrasi. Tapi, jika Harini mampu berkolaborasi, mengompilasi, dan mengkapitalisasi dengan pilar lain, maka dirinya akan mampu bergerak maksimal dan kemungkinan berhasil.

Srikandi Guru besar

Permasalahannya, eksistensi politik trio srikandi yang bertarung sekarang tidak berdiri sendiri. Secara eksplisit mereka akan berkontestasi dengan ragam kandidat lain. Belum lagi, persaingan kali ini bukan hanya memainkan subordinat politik praksis semata, tetapi juga akan berkorelasi dengan kepentingan ideologi rezim yang sedang berkuasa.

Menurut analisis Swa News, kemungkinan besar pertautan politik pemilihan rektor saat ini secara simetris akan terhubung dengan orientasi ideologi kekuasaan rezim yang berkuasa yang sekarang bergeser ke arah ‘kanan’. Banyak sekali simbol politik rezim saat ini yang memang sangat nampak bermesraan dengan kelompok Islam kanan. Kondisi ini berbeda dengan era rezim Jokowi yang sangat memanjakan kelompok Islam kiri. Hampir ada kesamaan orientasi ideologi rezim Prabowo dengan rezim Orde Baru dalam membangun pola relasi politik dengan basis ideologi Islam.

Belum lagi, eksperimentasi politik trio srikandi yang ada kali ini juga akan berhadapan dengan agresivitas poros politik KAHMI, yang telah menformalisasi bakal calonnya melalui proses konvensi. Jika dibaca, strategi KAHMI ini bukan lagi soal formalisme, melainkan juga upaya substantif untuk menggugah kesadaran kolektif. Sehingga, poros politik KAHMI ini bisa dimaknai menyambung reorientasi politik kekuasaan yang sedang memperkuat basis dukungan politik Islam kanan.

Intinya, trio srikandi akan tetap memiliki akses yang luas untuk meraih kemenangan. Karena pada akhirnya, kemenangan bukan karena faktor hegemoni gender, melainkan juga ada relasi yang kompleks yang membutuhkan perumusan yang bijak yang mampu menafsirkan secara pragmatik dan sistemik dengan situasi politik yang ada saat ini. (Hdy)

Srikandi Guru besar

Exit mobile version