
Prabowo Subianto diam terhadap tuntutan adili Jokowi saja sudah menyakiti rakyat. Karena seharusnya, Presiden menjalankan konstitusi dan amanah rakyat. Salah satu norma konstitusi mengatur bahwa setiap kejahatan harus diadili, diberi sanksi, dan hukuman.
Apalagi, Prabowo Subianto sebagai Presiden malah pasang badan untuk Jokowi. Ini menyakiti hati rakyat dua kali. Lebih sakit ketimbang sikap diamnya.
Coba pikirkan. Saat rakyat berteriak: Adili Jokowi! Tiba-tiba, Prabowo dalam forum publik malah menyatakan, “Hidup Jokowi!”
Tidak cukup sebatas itu. Prabowo Subianto yang mendapat mandat menjadi Presiden dari rakyat, menjadi Presiden karena dipilih rakyat, justru dengan entengnya di ruang publik menyatakan menjadi Presiden karena Jokowi.
Kalau semua itu disampaikan dalam forum privat, saat curhat berduaan sebagai bestie yang tak ingin dipisahkan, terserah saja. Rakyat tidak akan pernah marah karena rakyat tidak tahu, dan terserah saja itu urusan pribadi keduanya.
Tapi ketika pernyataan itu diendorse ke ruang publik, maka ini sama saja deklarasi menghina rakyat. Deklarasi merendahkan dan melecehkan rakyat. Deklarasi merendahkan marwah Presiden dan menganggap tak pernah ada norma konstitusi.
Tidak cukup itu. Belum becus menjadi Presiden selama 100 hari ini saja, sudah rakus syahwat politiknya ingin nyapres 2029. Seolah-olah, kepentingan politik hanyalah soal kekuasaan. Tak peduli lagi, apakah rakyat sudah dilayani dengan kekuasaan yang diperolehnya.
Prabowo ternyata juga “The Man of Contradiction”. Mengikuti jejak gurunya, Jokowi. Tukang bohong, hanya omong-omong.
Sebentar-sebentar curhat, pidato garang. Tapi tak ada atsarnya (jejak atau sisanya, red). Hanya lip service di depan podium atau dalam sorotan kamera.
Ngeluh minim anggaran, mau efisiensi. Tapi kabinet dibikin gemuk, lantik staf ini, staf itu. Garang pada koruptor dan yang tidak sejalan, tapi menteri korup warisan Jokowi tidak juga dipecat.
Rasanya, sisa kepercayaan pada Prabowo Subianto habis sudah. Meminjam ungkapan yang disampaikan wartawan Edy Mulyadi, saat ini rakyat kehabisan kesabaran untuk berprasangka baik (husnuzan) kepada Prabowo Subianto.
Prabowo is real Jokowi. Mungkinkah ini merupakan peta jalan 2030 Indonesia bubar, seperti yang pernah disampaikan Prabowo Subianto pada kampanye Pilpres 2019 lalu?
Sastrawan Politik