
Yogyakarta, Swa News – Dulu, yang menggugat keaslian ijazah mantan Presiden Jokowi akan mendapat cap sebagai kelompok radikal. Tapi saat ini rupanya mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Dr. Sofian Effendi, ikut serta menyampaikan pernyataan tegas terkait polemik keaslian ijazah dan skripsi Presiden Joko Widodo.
Menurutnya, hingga saat ini ada berbagai bukti kejanggalan terkait keabsahan ijazah Jokowi tersebut. “Ada inkonsistensi fakta yang masih terus muncul, dan Universitas Gadjah Mada belum menunjukkan keberanian untuk menjawabnya secara jujur,” tandasnya.
Anehnya, setelah banyak bukti inkonsistensi yang dibuka para alumni, juga di tengah adanya tuntutan uji forensik soal kebenaran ijazah yang ada, tiba-tiba ada pihak yang mengatakan bahwa ijazah Jokowi diduga hilang di UGM. Isu baru yang menghebohkan itu kemudian membuat kecurigaan publik terhadap sikap transparansi UGM.
Baca juga: Catatan Dibalik Syahwat Revisi UU TNI
Memang, polemik keaslian ijazah milik mantan Presiden Joko Widodo semakin memanas kembali. Selain akan ada alumni bersama para aktivis yang berencana menggeruduk UGM (15/4), juga setelah adanya pernyataan yang mengejutkan dari guru besar Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Dr. Markus Priyo Gunarto, yang menyebut bahwa arsip ijazah Jokowi diduga telah hilang dari sistem pengarsipan resmi kampus.
Dalam sebuah pernyataan yang menyebar luas di media sosial, Prof. Markus menyatakan bahwa ijazah tersebut “pernah ada, tapi sekarang tidak ada lagi.” Kemudian, ungkapan itu memicu kegelisahan di tengah masyarakat yang mempertanyakan kredibilitas UGM dalam menjaga arsip penting milik seorang tokoh nasional.
Meski Joko Widodo kini tidak lagi menjabat sebagai Presiden, dan tampuk kepemimpinan nasional telah beralih ke Presiden Prabowo Subianto, kontroversi ini tetap menjadi sorotan. Banyak pihak menilai bahwa transparansi soal riwayat pendidikan seorang mantan kepala negara tetap penting untuk dijaga, demi kredibilitas sejarah dan kepercayaan publik.
Pihak rektorat UGM segera merespons dengan menegaskan bahwa ijazah Jokowi adalah asli dan masih terdokumentasi. Namun, adanya pernyataan kontradiktif dari internal kampus menimbulkan kecurigaan bahwa telah terjadi kekeliruan serius atau bahkan kelalaian administratif dalam pengelolaan arsip.
Reaksi keras datang dari berbagai kalangan, termasuk alumni UGM, yang mendorong agar pihak kampus membuka seluruh dokumen dan rekam jejak akademik Jokowi secara transparan. Beberapa organisasi masyarakat bahkan merencanakan aksi terbuka untuk menuntut klarifikasi total dari pihak universitas.
Apakah dugaan hilangnya arsip ijazah ini hanya miskomunikasi internal, atau justru pertanda masalah yang lebih serius di balik catatan akademik seorang mantan pemimpin negara?
Tapi apa pun alasannya, publik mendesak pihak UGM untuk bisa membuktikan keaslian ijazah Jokowi. Karena polemik yang berkembang selama ini adalah menyangkut pembuktian secara materiil soal ijazah asli Jokowi. Hingga kini, yang ada hanya pembenaran melalui pengakuan pertemanan dan klaim pihak UGM. (Mmm)