Opini, Swa News – Erick Thohir pernah menegaskan bahwa dalam sepak bola, khususnya timnas, pergantian pelatih adalah hal biasa. Dia mengatakan, banyak timnas negara lain juga mengganti pelatih di tengah jalan ketika proses kualifikasi Piala Dunia.

Jika mengikuti alur pikiran Erick Thohir, memang ada yang seperti itu. Misalnya, pencopotan Roberto Mancini dari kursi pelatih Timnas Arab Saudi.

Masalahnya, pencopotan Roberto Mancini terkait kekalahan Timnas Arab Saudi ketika menghadapi Timnas Indonesia. Para big boss negara petro dolar itu sangat malu setelah Indonesia, negara dengan peringkat 130 dunia, mampu menahan seri tim mereka.

Erick Thohir
Gambar: bolacom

Padahal, Timnas Arab Saudi sudah menjadi langganan lolos Piala Dunia, bahkan ketika pertandingan di Riyadh pernah mengalahkan Timnas Argentina yang diperkuat sang mega bintang Lionel Messi pada Piala Dunia Qatar 2022.

Setelah mendepak Roberto Mancini, Timnas Arab Saudi mengangkat pelatih Hervé Renard. Di bawah asuhan Hervé Renard, Timnas Arab Saudi ketika bertanding di Jakarta justru tumbang.

Kemenangan timnas ketika itu tidak lepas dari permainan apik Marcelino Ferdinan dan kawan-kawan. Bahkan, kemenangan tersebut sangat dipengaruhi kontribusi tendangan Marcelino yang mampu menciptakan dua gol.

Sosok Marcelino Ferdinan sendiri merupakan pemain berbakat yang ditemukan STY, dan dia selalu dipercaya menjadi line up meski kadang mendapat kritik keras dari para penggemar bola.

Ada yang mencurigai pemecatan STY karena sejak awal Erick Thohir and the gank tidak menyukai popularitas pelatih asal Korea Selatan tersebut.

Perlu diingat, Shin Tae Yong dipilih menjadi pelatih timnas saat Ketua Umum PSSI dijabat Iwan Bule. STY kemudian berhasil memperbaiki kasta PSSI. Kala itu, PSSI masih berada pada peringkat 172 FIFA, lalu STY mampu membawa Timnas U-23 masuk semifinal.

Begitu juga dalam kualifikasi Piala Dunia kemarin, STY diberi target lolos ke putaran ketiga dan berhasil mencapainya. Selanjutnya, ada target tambahan untuk STY agar timnas bisa lolos ke Piala Dunia.

Namun, mengapa dalam proses menuju Piala Dunia, apalagi dengan tren yang sangat positif, STY justru didepak?

Erick Thohir

Apakah benar ada kegelisahan Erick Thohir bahwa jika timnas berhasil ke Piala Dunia, nama STY akan semakin populer, sementara popularitas dan elektabilitas Erick Thohir akan tergeser?

Karena jika dilihat, saat ini saja nama STY jauh lebih populer dibandingkan Erick Thohir. Tiap kali timnas bermain, nama Shin Tae Yong lebih menggema.

Popularitas STY dianggap bisa menenggelamkan pamor Erick Thohir, karena bagi Erick Thohir, prestasi sepak bola bisa menjadi sarana mendulang popularitas untuk kepentingan politik Pilpres 2029 nanti.

Apalagi, kehadiran STY tidak melekat dengan Erick Thohir, melainkan dengan rezim Iwan Bule, khususnya Sekretaris Jenderal PSSI kala itu, Ratu Tisa.

Nampaknya, ada upaya untuk menyudutkan nama baik STY melalui media sosial yang dimainkan secara sistematis untuk menggiring narasi soal konflik dan polarisasi di ruang ganti. Disebutkan bahwa Jay Idzes dan beberapa pemain berkumpul membahas strategi tanpa izin STY.

Seakan karena ada konflik itu, lalu STY membuat keputusan merotasi jabatan kapten Jay Idzes ke Asnawi serta mencadangkan Tom Haye.

Namun, jika benar ruang ganti tidak kondusif dan pemain kehilangan kepercayaan kepada STY, mengapa timnas terlihat baik-baik saja dan bahkan mampu mengalahkan Timnas Arab Saudi?

Sebaliknya, ada anggapan bahwa kondisi tidak kondusif justru disebabkan oleh Erick Thohir yang terlalu sering masuk ke ruang ganti, berbicara kepada pemain, dan menciptakan panggung untuk eksistensinya.

Bisa diasumsikan bahwa pencopotan STY bukan karena kegagalan. Siapa pun penggantinya nanti, itu hanya soal momentum untuk memastikan nama pelatih yang dinilai sesuai dengan eksistensi Erick Thohir.

Balik lagi ke Kluivert. Banyak jurnalis dan pengamat sepak bola luar negeri yang menertawakan keputusan Erick Thohir yang memilihnya menjadi pelatih timnas.

Erick Thohir

Sudah banyak testimoni, bukan hanya karena faktor tabiat buruk kepribadiannya, tetapi juga karena rekam jejak kepelatihannya kurang berhasil.

Jika alasannya memilih pelatih asal Belanda itu supaya ada chemistry dengan para pemain naturalisasi, mengapa tidak menunjuk Giovanni Van Bronckhorst, seorang pelatih keturunan Maluku dengan rekam jejak lebih baik?

Mengapa juga tidak memilih Louis Van Gaal, pelatih senior yang pernah melatih Jay Idzes dan pemain lainnya?

 


Selamet Castur

Kolumnis Swa News

6 thoughts on “Erick Thohir dan Politik Bola

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *