
SWA News– Jakarta memang beda! Tidak seperti Pilkada daerah lain calon yang di endorse Jokowi-Prabowo unggul.
Untuk representasi kemenangan bisa kita lihat hasil Pemilihan Gubernur Jawa Tengah dan Pemilihan Gubernur Sumatera Utara.
Tapi berbeda dengan Jakarta, sejak awal Jokowi-Prabowo mengincar Jakarta. Skenario Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus menjadi strategi untuk menjegal Anies Baswedan.
Mereka menilai Anies Baswedan masih terlalu kuat untuk Jakarta. Anies masih memiliki simpatisan dan pemilih loyal, maka Anies harus dilumpuhkan. Strateginya dengan memborong semua partai dan akhirnya Anies memang gagal berlayar.
Bahkan PKS, PKB, dan Nasdem yang sebelumnya mengusung Anies kemudian berbelok arah. Mereka mendukung pasangan Ridwan Kamil-Suswono.
Banyak drama dan godaan iman politik !
PKS yang selama ini identik dengan Anies kala itu sudah memasangkan kadernya, Shohibul Iman menjadi wakil Anies tiba-tiba menempatkan Suswono untuk mendampingi Ridwan Kamil.
Diluar dugaan! Kemudian ada bayi ajaib lahir berupa keputusan Mahkamah Konstitusi. Merubah ambang batas persyaratan kepala daerah.
Keputusan MK itu pula yang kemudian merubah konstalasi politik pemilihan gubernur Jakarta.
Meski ada keputusan MK, nampaknya Anies tetap gagal untuk bisa ikut kontestasi.
Pada injury time PDI Perjuangan mengusung kadernya sendiri Pramono Anung-Rano Karno.
Merangkak tapi pasti!
Menjadi pendatang baru elektabilitas Pramono-Rano Karno tertinggal jauh dengan rival utamanya, Ridwan Kamil- Suswono.
Kubu Ridwan Kamil-Suswono tentu percaya diri. Apalagi ada dukungan partai mayoritas dan juga dibelakangnya ada Jokowi dan Prabowo.
Tanpa diduga menjelang pemilihan, Anies yang masih memiliki basis pemilih besar ikut mendukung Pramono-Rano. Memang selisih agak jauh, semakin nampak peta kemenangan pasangan Pramono-Rano Karno.
Kemudian Jokowi-Prabowo berupaya membuat skenario 2 putaran. Karena 2 putaran satu-satunya jalan untuk menghadang kemenangan Pramono-Rano.
Rupanya skenario 2 putaran gagal. Kini masih berupaya cara lain untuk membatalkan kemenangan Pramono-Rano.
Apa yang berbeda dengan Jakarta?

Jakarta punya Anies!
Personal yang mampu memahami hati dan pikiran kaum urban. Bahkan Anies juga berhasil membawa harapan baru penghuni metropolis itu lebih kosmopolit.
Mampu membawa Jakarta pada peradaban baru yang lebih inklusif dalam balutan pengetahuan dan budaya global.
Memang dalam sudut kota dan dibalik bangunan yang megah itu masih banyak simpul kemiskinan. Tapi bukan berarti warga Jakarta permisif dengan pola manipulasi kekuasaan yang justeru berpotensi menggerus harapan masa depannya.
Karena bagi mereka Jakarta merupakan bangunan high civilization yang punya pedoman prinsip nilai untuk menjaga martabat budaya dalam membangun masa depan bangsa dan negara.
Itulah Anies! Personifikasi kosmopolit yang dinilai mampu memahami persoalan Jakarta.
Itulah modal politik Anies! Senjata pengetahuan yang mampu menaklukan ‘macan’ Jokowi-Prabowo dalam pemilihan gubernur Jakarta.(SC)
One thought on “Akhirnya Kolaborasi Jokowi-Prabowo Kalah!”