Kediri, Swa News – Dari data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kediri hingga April 2025, tercatat 3.531 orang mengalami gangguan jiwa. Menariknya, mayoritas penderita merupakan laki-laki.

Jumlah pasien laki-laki mencapai 2.077 orang, sedangkan perempuan sebanyak 1.454,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan dr Achmad Khotib melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), dr Bambang Triyono Putro.

Ribuan Pria Kediri Alami Gangguan Jiwa, Apa Penyebabnya?

Namun, dr Bambang menegaskan bahwa jenis kelamin bukanlah penyebab utama gangguan jiwa. Menurutnya, berbagai faktor saling berkontribusi, mulai dari tekanan tanggung jawab, faktor genetik, kondisi psikologis dan biologis, hingga pengaruh lingkungan dan sosial.

Tidak bisa disederhanakan pada satu penyebab. Faktor risiko ini saling terkait dan kompleks,” ujarnya.

Dokter spesialis kejiwaan dr Roni Subagyo, Sp.KJ(K) dari RS Bhayangkara Kediri menambahkan, gangguan jiwa yang sering dijumpai pada pria umumnya berkaitan dengan skizofrenia tipe hebefrenik. Jenis ini memiliki gejala yang lebih terlihat dan kacau secara perilaku, sehingga lebih mudah dikenali masyarakat.

Baca juga: Granola Sebagai Sumber Protein Ideal untuk Diet Sehat, Ini 4 Caranya!

Gangguan jiwa

Meski secara teori jumlah penderita pria dan wanita seimbang, tipe hebefrenik memang lebih sering terjadi pada laki-laki. Sedangkan perempuan lebih banyak mengalami skizofrenia paranoid yang gejalanya tidak langsung terlihat,” jelasnya.

Dengan kata lain, meskipun data menunjukkan pria mendominasi jumlah ODGJ, hal ini lebih disebabkan oleh jenis gangguan yang dialami dan cara mereka mengekspresikan stres, bukan karena laki-laki lebih rentan secara teori.

Sementara itu, Pengamat sosial Elis Yusniyawati menyoroti bagaimana pria cenderung meremehkan stres dan jarang mengelola tekanan dengan baik. Hal ini membuat stres menumpuk dan berpotensi menjadi gangguan mental serius.

Laki-laki sering kali menganggap dirinya harus kuat, sehingga merasa tidak perlu bercerita atau curhat. Padahal, tanpa disadari, tekanan yang terus dipendam bisa berdampak besar pada kesehatan mental,” jelas Elis yang juga Dosen Komunikasi, Sosial, dan Politik di UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.

Ia juga menjelaskan bahwa perempuan memiliki keunggulan secara hormonal, khususnya hormon estrogen, yang membantu mereka mengelola emosi lebih baik meski berada dalam kondisi terpuruk.(Ian)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *