Opini, Swa News – Ditengah riuh Majalah Tempo yang memuat hasil wawancara dengan Sugianto Kusuma, alias Aguan, tiba- tiba ada keluarga Mochtar Riady mengunjungi Mantan Presiden Jokowi di Solo.

Siapa sosok keluarga Mochtar Riady itu?

Keluarga Mochtar Riady itu pemilik Lippo Group, pemain bisnis yang bergerak dibidang perbankan, properti, ritel dan masih banyak lagi.

Tidak hanya berhenti pada sektor bisnis, karena selain itu, aktivitas keluarga Mochtar Riady juga banyak bersentuhan dengan dunia politik yang menyangkut dengan kebijakan rezim pemerintahan yang berkuasa.

Mochtar Riady bertemu dengan Jokowi

Maka kalau kita baca dalam konteks yang lebih signifikan, ada 3 perspektif soal kunjungan keluarga Mochtar Riady ke rumah Jokowi.

Pertama, perspektif perbincangan bisnis. Kedua, perspektif kerjasama politik. Ketiga, persoalan Tempo dan pernyataan Sugiarto Kusuma, alias Aguan.

Ada apa dalam relasi bisnis antara Jokowi dan Lippo Group? Kalau kita kilas balik, pada pemerintahan Jokowi, anak perusahaan Lippo Group punya proyek ambisius Meikarta yang dibangun di Cikarang, Bekasi.

Kemudian proyek itu mengalami problematik. Ada skandal hukum soal perizinan, masalah rencana tata ruang wilayah, hingga persoalan konsumen yang menjadi korban.

Dibalik semua skandal yang ada, saat itu juga berhembus isu dukungan financial keluarga Mochtar Riady, Lippo Group, terhadap pencalonan presiden Jokowi.

Kala itu kecurigaan publik semakin menguat, ketika Presiden Jokowi tidak pernah merespon keluhan para konsumen yang menjadi korban Meikarta yang memang saat itu sangat masif.

Lantas apakah benar kedatangan keluarga Mochtar Riady ke rumah Jokowi di Solo itu juga masih ada kaitan dengan mega proyek Meikarta itu?

Tapi ada analisa dan spekulasi lain. Ada yang mengatakan, pertemuan keluarga Mochtar Riady dan Jokowi tidak sekedar membahas bisnis an sich, tapi juga pembahasan politik bisnis jangka panjang.

Karena banyak catatan pengalaman juga yang mengindikasikan kegiatan keluarga Mochtar Riady itu yang memang tidak jauh dari permainan bisnis dan politik.

Siapa pun tahu, jika kegiatan korporasi bisnis para taipan oligarki itu memang tidak bisa lepas dari kebijakan para penguasa.

Kalau kita lacak rekam jejak keluarga Mochtar Riady, perilaku politik bisnis seperti itu sudah biasa. Bahkan untuk melancarkan kepentingan bisnisnya di Amerika Serikat, James Riady, pernah masuk menjadi pendana pencapresan Bill Clinton serta para politisi Partai Demokrat lainnya.

Tapi ada yang membuat asumsi, kalau pertemuan Mantan Presiden Jokowi dan Keluarga Mochtar Riady itu hanya absurd dan manipulatif. Hanya sekedar untuk merespon pemberitaan Majalah Tempo dan pernyataan Aguan, yang merasa tidak tertarik investasi di IKN dan hanya untuk menyelamatkan muka Jokowi.

Memang pernyataan Aguan itu sangat sensitif bagi Jokowi. Apalagi IKN menjadi proyeksi Jokowi untuk legacy personalitas kekuasaannya.

Kalau pertemuannya dengan Mochtar Riady menggunakan asumsi apologis seperti itu, maka Jokowi hanya ingin menegaskan kapasitas politiknya yang masih didukung para oligarki untuk melanggengkan pengaruhnya.

Memang ada yang menduga pernyataan aguan di Majalah Tempo itu merupakan bentuk persepsi politik yang melihat realitas pergeseran kekuasaan saat ini, dari Jokowi ke Prabowo. Tapi secara tidak langsung, pernyataan Aguan dalam Majalah Tempo itu akan mendistorsi kapasitas Jokowi.

Maka bisa kita baca, upaya Jokowi memposting kehadiran keluarga Mochtar Riady ke Solo itu juga menjadi pernyataan untuk melawan persepsi lemahnya dukungan politik yang ada saat ini.

Jokowi seolah menegaskan eksistensi politiknya masih kuat dan masih memilki pengaruh yang luas.(sc)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *