
Jakarta, Swa News– Sekeras apa kritik karya lukis Yos Suprapto terhadap Jokowi dibandingkan puisi Fadli Zon.
Polemik pembredelan pameran karya lukis Yos Suprapto masih ramai menjadi perbincangan warga media sosial. Pihak yang membredel selain kurator pameran,Suwarno Wisetrotomo, juga Menteri Kebudayaan, Fadli Zon.
Apapun alibinya, tapi semua tahu alasan pembredelan itu terkait dengan beberapa lukisan yang mengkritik personifikasi politik Jokowi.
Ada lukisan Yos Suprapto yang diberi judul Konoha yang menggambarkan sosok raja yang menginjak-injak rakyatnya. Ada yang judul 2019, yang menggambarkan tokoh mirip Jokowi yang menuntun sapi merah ke istana. Kemudian ada yang berjudul Niscaya, yang mengekspresikan seorang petani menyuapi makan pada seorang konglomerat.
Karena beberapa lukisan tersebut, kemudian pihak Kurator dan Menteri Kebudayaan menilai jika lukisan Yos Suprapto itu vulgar, memiliki tendensi politik.
Dimana posisi vulgarisme-nya?
Termasuk kita juga mempersoalkan penilaian Fadli Zon yang mencitrakan lukisan Yos Suprapto memiliki tendensi politik.
Sejak kapan ada warga negara dilarang ngomong politik?
Bahkan kalau kita nilai secara objektif, karya lukis Yos Suprapto itu biasa saja, normal.
Apa karena Jokowi yang menjadi objek lukisannya?
Jika benar, apa masalahnya?
Jika kita telaah justeru lebih pedas kritik puisi Fadli Zon pada Jokowi ketimbang ekspresi kritik karya lukis Yos Suprapto.
Hasil penelusuran tim redaksi swa news Fadli Zon (2018) pernah menulis puisi sarkas soal Jokowi. Ketika itu menjelang kontestasi Pemilihan Presiden 2019. Fadli Zon dan Prabowo menjadi oposisi, kemudian tampil kembali bersaing Jokowi dan Prabowo.
Ketika itu Fadli Zon menulis puisi yang berjudul Genderuwo dan Sontoloyo. Kalau kita telisik ujaran itu muncul dari perkataan Jokowi sendiri, kemudian diadopsi Fadly Zon menjadi judul puisi.
Ini puisi sarkas Fadly Zon untuk Jokowi (2018).
Ada Genderuwo di Istana
Ada genderuwo di istana
Tak semua orang melihatnya
Kecuali orang punya indra istimewa
Mahluk halus rendah strata
Mengikuti penghuni rumah penguasa
Berubah wujud kapan saja
Menjelma manusia
Ahli manipulasi
Tipu sana tipu sini
Ada genderuwo di istana
Seram brewokan mukanya
Kini sudah pandai berpolitik
Lincah manuver strategi dan taktik
Ada genderuwo di istana
Menyebar horor ke pelosok negeri
Meneror ibu pertiwi
Sontoloyo
Kau bilang ekonomi meroket
Padahal nyungsep meleset
Sontoloyo!
Kau bilang produksi beras melimpah
Tapi impor tidak kau cegah
Sontoloyo!
Kau bilang pengangguran turun
Orang cari kerja makin berjibun
Sontoloyo!
Utang numpuk bertambah
Rupiah anjlok melemah
Harga-harga naik merambah
Hidup rakyat makin susah
Kau jamu tuan asing bermewah-mewah
Rezim sontoloyo!
Coba bandingkan!
Nampak sekali puisi Fadli Zon lebih keras ketimbang karya lukis Yos Suprapto. Saat itu juga tidak ada yang membredel puisi tersebut.
Atas pesanan, setelah Fadli Zon menjabat Menteri Kebudayaan justeru alergi pada kritik? (mmu)