Di tengah gempuran revolusi industri 4.0 dan derasnya arus digitalisasi, perguruan tinggi keagamaan Islam negeri (PTKIN) tak lagi cukup berfungsi sebagai pusat transmisi ilmu pengetahuan. Ia dituntut menjadi ruang inovasi yang adaptif, efisien, dan terkoneksi. Konsep smart campus pun muncul sebagai keniscayaan, bukan sekadar pilihan.
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, sebagai salah satu PTKIN terkemuka di Indonesia, berada pada posisi strategis untuk memimpin transformasi ini. Kampus ini bukan sekadar tempat belajar, melainkan ekosistem dinamis yang harus dibangun di atas fondasi inovasi dan keterhubungan.
Namun, di balik peluang itu, tantangan pun membentang: dari rendahnya minat pelajar untuk melanjutkan studi ke PTKIN, hingga keterbatasan infrastruktur digital dan sumber daya manusia yang adaptif terhadap perubahan teknologi.
Smart campus bukan jargon futuristik. Ia adalah strategi sistemik untuk mengintegrasikan teknologi digital ke dalam setiap aspek kehidupan kampus—mulai dari proses akademik, manajemen fasilitas, hingga layanan kemahasiswaan.
Tiga pilar utama dalam konsep ini mencakup:
Dengan infrastruktur seperti ini, kampus mampu memberikan layanan yang lebih presisi, responsif, dan efisien. Misalnya, sistem manajemen akademik berbasis RFID, integrasi Learning Management System (LMS) yang adaptif, pengelolaan energi dengan IoT, transportasi dalam kampus menggunakan kendaraan otonom, hingga chatbot berbasis AI untuk layanan administrasi mahasiswa.
Dengan lebih dari 15.000 mahasiswa, puluhan program studi, dan kawasan kampus seluas lebih dari 50 hektare, kompleksitas operasional UIN Maliki Malang sangat tinggi. Maka, transformasi digital bukan sekadar gaya hidup modern, tapi kebutuhan mendesak agar pelayanan tetap optimal dan relevan.
Lebih jauh lagi, langkah ini juga sejalan dengan visi Kementerian Agama RI dalam memperkuat moderasi beragama melalui pendekatan teknologi. Smart campus adalah wadah konkret untuk menyeimbangkan nilai-nilai Islam yang inklusif dengan kemajuan zaman.
Pengalaman internasional menunjukkan bahwa transformasi digital dalam pendidikan tinggi bukan utopia. University of Glasgow, misalnya, menggandeng Catapult Future Cities dalam strategi smart campus dengan investasi sebesar £800 juta. University of Birmingham City menciptakan ruang sidang virtual, radiografi simulatif, hingga kios AI untuk membantu navigasi kampus. Dampaknya nyata—emisi CO₂ turun 40 persen, dan efisiensi energi meningkat signifikan.
Jika mereka bisa, mengapa kita tidak?
Transformasi tak bisa instan. Berdasarkan studi Universidad Politécnica de Madrid, transformasi menuju smart campus idealnya dilakukan melalui tiga tahap:
UIN Maliki telah memulai sebagian proses ini. Sistem informasi akademik (SIAKAD), presensi berbasis QR code, dan e-learning telah tersedia. Namun, ini baru permulaan. Diperlukan lompatan strategis dari kampus digital menuju kampus cerdas.
Tentu saja, jalan menuju smart campus bukan tanpa rintangan. Masalah klasik seperti keterbatasan dana, resistensi budaya organisasi, serta kekurangan SDM terampil menjadi penghambat utama. Tapi pengalaman global menunjukkan bahwa investasi dalam teknologi justru menghemat biaya dalam jangka panjang—baik dari segi energi, ruang, maupun waktu.
Solusinya? Kampus harus membentuk unit khusus transformasi digital, menyusun roadmap jangka menengah (5–10 tahun), dan membuka ruang kolaborasi lintas sektor—termasuk dengan industri teknologi nasional.
Smart campus bukan hanya soal infrastruktur, tetapi perubahan budaya—budaya keterbukaan, efisiensi, dan keberlanjutan. Ia bukan sekadar proyek digitalisasi, tapi cara baru dalam menjalankan pendidikan tinggi yang unggul, inklusif, dan berdaya saing global.
Bila UIN Maulana Malik Ibrahim Malang berani mengambil peran sebagai pelopor smart campus berbasis nilai-nilai Islam, bukan mustahil dalam waktu dekat, kampus ini tak hanya menjadi pusat keilmuan, tetapi juga pusat transformasi peradaban.
Catatan Redaksi: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan sikap institusi tempat penulis bekerja.
Prof. Dr. Suhartono, S.Si., M.Kom
Calon Rektor UIN Maliki Malang Periode 2025–2029