
Opini, Swa News– Menarik, mengikuti simposium bahasa arab yang diadakan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Darul Ulum Batuanyar, Madura (18/12/2024).
Kegiatan simposium yang diselenggarakan bersamaan dengan Hari Bahasa Arab Internasional itu mengambil topik sangat unik, Bahasa Arab, Bahasa Pembebasan Baitul Maqdis.
Dalam perbincangan simposium itu, selain menguak peran dan fungsi Bahasa Arab dalam urgensinya bagi peradaban manusia, juga membedah peran dan fungsi politik Bahasa Arab dalam upaya pembebasan al- Aqsa.
Bahkan kalau dikaji lebih mendalam penggunaan Bahasa Arab juga menjadi instrumen strategis penyelesaian politik penjajahan Zionis Israil terhadap wilayah Negara tersebut.
Kalau kita telaah secara mendalam, setidaknya ada 4 konstruksi peran strategis penggunaan Bahasa Arab dalam relasi politik, budaya dan peradaban Palestina.
Pertama, al-Qur’an yang menggunakan Bahasa Arab, yang didalamnya juga membahas diktum pembebasan al- Aqsa.
Secara naratif al-Qur’an menggambarkan kedaulatan bumi Palestina. Salah satunya, melaui penggambaran dalam peristiwa Isra’ Mi’raj kenabian Muhammad, al- Qur’an menggunakan bahasa ‘berkah,’ untuk menjelaskan situasi ideal wilayah Palestin saat itu.
Bahkan kalau kita baca dalam konstruksi peradabannya, al-Qur’an juga meletakkan posisi Masjid al- Aqsa menjadi kronik epicentrum dunia islam.
Kedua, hampir semua rujukan dan manuskrip tentang al- Aqsa yang menjadi simbol kemerdekaan Palestina menggunakan Bahasa Arab. Berbagai rujukan maupun manuskrip yang ada hingga kini ada yang berwujud al-Hadist dan juga dalam bentuk dokumen lain.
Ketiga, Bahasa Arab menjadi bahasa resmi Palestina. Bahasa Arab menjadi bahasa resmi bukan sekedar berfungsi menjadi alat komunikasi sosial, tetapi Bahasa Arab juga sudah lama tumbuh dan berkembang menjadi pengait sejarah eksistensi sosial, budaya, plkitik dan peradaban Palestina.
Bahkan secara konstruktif, Bahasa Arab bagi Palestina juga merupakan bingkai dasar menyusun strategi kebudayaan dalam membangun masa depan peradaban.
Keempat, bagi Palestina Bahasa Arab menjadi alat komunikasi perjuangan politik kemerdekaan dan anti penjajahan yang selam ini berlangsung, baik oleh masyarakat sipil (civil society) maupun institusi negara
Semua justifikasi itu memiliki dasar yang kokoh. Karena banyak kita lihat pewarisan sejarah pemikiran hingga aktivisme politik yang ada saat ini juga masih menggunakan literatur Bahasa Arab.
Kronika pewarisan pemikiran dalam dinamika politik islam, khususnya kawasan Timur Tengah dan Palestina, mulai massa kenabian, sahabat, Khulafaur Rasyidin hingga para penggiat sosial politik kontemporer, menjadi pembenaran makna penting Bahasa Arab yang sangat kompleks, pada ssatu ketika bisa menjadi bahasa perlawanan, perdamaian, resolusi konflik, dan juga medium penyatuan antar ummat manusia.
Intinya, Bahasa Arab bukan sekedar alat komunikasi, tetapi juga merupakan bahasa organik islam yang memiliki makna entitas perjuangan sosial, politik, budaya dalam membangun peradaban manusia secara universal. (*)
*Uril Bahrudin
Guru Besar Pendidikan Bahasa Arab UIN Maliki Malang
One thought on “Simposium Bahasa! “Bahasa Arab, Bahasa Pembebasan : 4 Konstruksi Peran Strategis Penggunaan Bahasa Arab”