Presiden Prabowo Menggulung Karpet Merah Mafia Migas Atau Ganti Mafia ?

Oleh: Said Didu

 

Mengawali menjadi Sekretaris Menteri BUMN (2005) saya sudah ‘berhadapan’ dengan MRC. Terakhir, bertemu lagi ketika skandal Papa minta saham.

Penangkapan Muhammad Kerry Andriantono Riza (MKAR), putra Mohammad Riza Chalid (MRC) oleh Kejaksaan Agung terkait dengan supply bahan baku dan BBM ke Pertamina menjadi tanda yang baik dalam memberantas mafia migas di Indonesia.

Presiden Prabowo Menggulung Karpet Merah Mafia Migas Atau Ganti Mafia ?

Penangkapan pejabat Pertamina dan Putra MRC oleh Kejaksaan Agung, semoga sebagai langkah Presiden Prabowo menggulung ‘karpet merah‘ mafia migas Indonesia yang selama ini diberikan oleh rezim-rezim sebelumnya kepada mafia Migas tersebut.

Publik paham bahwa MRC memiliki sejarah panjang sebagai pihak yg selalu mendapatkan karpet merah oleh rezim-rezim sebelumnya dalam mengatur tata niaga migas Indonesia.

Tahun 2008 ketika Pertamina ingin menghentikan peran Petral dalam mengatur perdagangan migas Pertamina untuk dikendalikan langsung oleh Pertamina lewat ISC (Integrated Supply Chain) Pertamina. Saat itu Deputi Direktur ISC Pertamina dipegang Sudirman Said sedang menyiapkan perubahan tersebut, tapi diminta menghentikan proses pengalihan tersebut dan meminta agar pengaturan perdagangan dikembalikan ke Petral lagi. Perintah seperti ini dapat dipastikan berasal dari keputusan rezim saat itu. Selain program tersebut dihentikan, Sudirman Said juga diberhentikan oleh Dirut Pertamina saat itu, Karen Agustiawan.

Kita semua tahu, bahwa Petral hanyalah vehicle yg selama ini dikendalikan oleh Geng MRC. Akhirnya Petral juga kembali ke fungsinya menjadi pengendali tata niaga migas Pertamina.

Rangkaian cerita tentang penghentian ISC, Sudirman Said serta Dirut Pertamina – Alm. Arie Soemarno- saya paham betul, tapi belum saatnya dibuka.

Baca juga: Kisah Inspiratif Rudi Valinka: Buzzer Menjadi Staf Khusus Kementerian Komdigi

Tahun 2014, Menteri ESDM Sudirman Said membentuk Satgas Anti-Mafia Migas yg diketuai Faisal Basri, kemudian menemukan bukti transaksi perdagangan Migas di Petral yang sebagian besar jatuh ke tangan MRC, lantas Satgas tersebut merekomendasikan pembubaran Petral.

Atas rekomendasi Satgas, pada 2015 Menteri ESDM meminta Pertamina melakukan Audit Investigasi terhadap Petral, kemudian hasilnya dilaporkan ke Presiden Jokowi. Hasil audit itu menunjukkan bahwa ada persekongkolan dalam pengadaan Migas selama ini. Tapi saat itu Presiden Joko Widodo sempat ragu untuk meminta Menteri ESDM melaporkan hasil audit tersebut ke KPK.

Akhirnya Pertamina dan Menteri ESDM membuat keputusan untuk tetap melaporkan masalah tersebut ke KPK. Tapi mandeg. Kala itu kelihatannya mafia Migas kembali menguat.

Pada 2015 itu pula ada rekaman bocor ke permukaan soal skandal Papa minta saham Freeport. Aktor utama skandal itu mantan Ketua DPR RI, Setya Novanto dan MRC. Kasus papa minta saham ini telah menempatkan Setya Novanto menjadi terpudana. Tapi MRC lolos dari jeratan hukum. Anehnya, MRC ini seringkali menjadi tamu VIP Presiden Joko Widodo.

Ini epilog yang menggambarkan betapa kuatnya MRC dalam “mengendalikan” perdagangan migas di Indonesia yang selalu mendapatkan karpet merah dari setiap rezim yang berkuasa.

Kali ini apakah Presiden Prabowo akan menggulung karpet merah yang selalu disiapkan setiap rezim penguasa untuk mafia migas?. Atau, jangan- jangan ini basa basi sekedar ganti mafia belaka ?

Mari kita tunggu!

Karpet merah

Said Didu

*Mantan Sekretaris Menteri BUMN, Mantan Staf Ahli Menteri ESDM dan Penggiat Manusia Merdeka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *