Malang, Swa News– Menghadapi kontestasi Pemilihan Rektor 2025–2029, Pengurus Rayon (PR) Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) UIN Maliki Malang melakukan koordinasi dan konsolidasi internal untuk menentukan arah kebijakan politik dalam proses pemilihan tersebut.

Menghadapi Pemilihan Rektor UIN Maliki Malang, KAHMI Merekomendasi 4 Kader Guru Besar Menjadi Kandidat

Menghadapi Pemilihan rektor

Untuk merespons dan menentukan langkah strategis yang dibutuhkan, maka Pengurus Rayon Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam melakukan pertemuan tertutup di Rayz-UMM Hotel, Senin (21/4).

Dalam pertemuan itu, Ketua Pengurus Rayon KAHMI UIN Malang, Dr. Muhammad Syueb menjelaskan soal urgensi pemilihan rektor saat ini yang dirasa berbeda dengan beberapa periode sebelumnya. Khususnya, nuansa perbedaan konstelasi politik nasional, lokal, dan domestik.

“Ada relasi kuasa yang berbeda, situasi politik saat ini mengalami perubahan mendasar yang terkait dengan faktor hegemoni organ keagamaan tertentu, sementara saya menilai kondisi rezim saat ini relatif lebih cair dan tidak kaku,” ujar salah satu peserta.

Baca juga: Prof. Amka Pendaftar Pertama Calon Rektor UIN Malang, Akademisi: Akan Mengganjal Prof. Agus Maimun! 

Menghadapi Pemilihan rektor

Katanya, selain faktor perubahan politik, ada berbagai alasan yang mendasari hadirnya kesadaran kolektif KAHMI dalam membuat kebijakan strategis partisipatoris. Salah satunya adalah soal perkembangan peta bertambahnya jumlah kuantitas guru besar yang dimiliki.

“Melimpahnya jumlah guru besar kader HMI di UIN Malang harus mampu memberikan dampak transformatif pada pencapaian cita-cita pengembangan dan pembangunan yang berkelanjutan ‘insan cita’. Salah satunya adalah menjadi pemimpin yang memiliki kuasa kewenangan untuk berkontribusi besar dalam menentukan arah kebijakan yang lebih baik,” ujar salah satu pengurus yang lain.

Menurut Dr. M. Faishal, MT, secara khusus dalam pertemuan konsolidasi tersebut, pengurus melakukan proses penjaringan bakal calon yang dinilai akan merepresentasi ‘poros hijau’. “Dimulai proses tahapan secara terbuka untuk mengakomodasi beberapa nama guru besar, kemudian voting, dan pada akhirnya pengurus mengerucutkan 3 nama yang telah memperoleh suara terbanyak. Hasilnya, nama-nama yang ‘direkomendasikan’ KAHMI untuk mencalonkan antara lain, Prof. Triyo Supriyatno, Prof. Uril Bahruddin, Prof. Suhartono, dan Prof. A. Barizi,” jelasnya.

“Memang ada dinamika, jika kesepakatan awal KAHMI hanya akan merekomendasi 3 nama untuk berkontestasi, tapi karena ada 2 bakal calon yang memiliki perolehan suara sama, maka para peserta rapat dan pengurus menyepakati keduanya masuk rekomendasi menjadi bakal calon,” tambahnya.

Pada bagian lain, untuk mengefektifkan kerja politik yang sudah disusun, kemudian pengurus juga membuat satuan kerja struktur pemenangan yang dikomandani Dr. Andik Rony Irawan, Dr. Imron Rossidy, dan Dr. Muhammad Faishal.

Menurut beberapa sumber internal pengurus, alasan keterpilihan Dr. Andik Rony Irawan menjadi panglima tim pemenangan karena terkait dengan kebutuhan dan dinamika politik yang ada saat ini.

“Memang komposisi tim pemenangan yang dipimpin Pak Andik, kemudian didampingi Pak Imron serta Pak Faishal itu selain mencerminkan aspek kapasitas personal masing-masing yang merupakan sosok pejuang sejati yang mau berkorban bukan sekadar omon-omon, juga karena adanya jejaring dan tren politik elite yang saat ini sedang berlangsung,” ungkap salah satu pengurus.

Ketika koresponden Swa News menanyakan perihal keterpilihannya menjadi koordinator tim pemenangan serta langkah strategi pemenangan apa yang akan dikerjakan menghadapi kontestasi Pilrek yang akan berlangsung, Andik menjawab secara diplomatis. Katanya, ia akan lebih mengedepankan amanah yang telah diberikan melalui pola kerja terukur, terstruktur, dan sistemik, serta akan mengkapitalisasi seluruh jejaring sumber daya yang ada, baik internal maupun eksternal.

Andik juga menegaskan, kerja tim yang menjadi tugasnya saat ini merupakan kelompok kerja internal yang mengedepankan pola kolektif-kolegial yang lebih merupakan implementasi kerja kesejarahan dalam berikhtiar membangun peradaban yang berkemajuan.

“Saya ingat dengan nasihat mendiang almarhum A. Malik Fadjar, kader HMI, tokoh nasional yang tumbuh besar dari UIN Maliki Malang. Katanya, kalau ingin menjadi besar maka berpikirlah yang besar,” pungkasnya. (Mun)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *