Malang, Swa News – Bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) UIN Maliki Malang, nama Prof Uril Bahrudin memang cukup populer. Dikenal familier, ramah, dan menjadi dosen idola.
Pria yang akrab disapa Prof. Uril saat ini banyak menjadi perbincangan publik UIN Maliki Malang, lantaran sedang dalam proses mengikuti kontestasi pemilihan rektor.
Banyak civitas akademika UIN Maliki Malang yang menilai bahwa Uril memiliki kualifikasi akademik yang memadai, kemampuan manajemen, serta karakter kepemimpinan yang otentik. Bahkan, banyak yang berharap dengan kapasitas, pengalaman, serta pergaulan luas yang dimiliki akan mampu menjadi parameter keterpilihannya.
Uril Bahrudin, yang saat ini menjadi salah satu Calon Rektor UIN Maliki Malang, merupakan putra kelahiran Ngimboh, Ujung Pangkah, Gresik (9/5/1972).
Semenjak lulus Sekolah Dasar Negeri (SDN) di kampung halamannya (1985), dia kemudian melanjutkan ke Pesantren Muhammadiyah Karang Asem Paciran, Lamongan, Jawa Timur. Di Pesantren Karang Asem, Uril tidak hanya mempelajari ilmu-ilmu agama, melainkan juga masuk SMP Muhammadiyah 14 Lamongan (lulus 1988) dan SMA Muhammadiyah 06 Lamongan (lulus 1991), yang keduanya berada dalam lingkungan kelembagaan pendidikan pondok pesantren tersebut.
Selepas lulus dari pendidikan Pondok Pesantren Karang Asem, dia kemudian melanjutkan kuliah di Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta, dengan mengambil Program Studi Syari’ah (lulus 1998). Kemudian menjadi tenaga pengajar, dan melanjutkan studi pada Program Studi Pendidikan Bahasa Arab Sekolah Pascasarjana UIN Maliki Malang, Program Magister (S2 – lulus 2003) dan Doktoral (S3 – lulus 2005).
Menurut penuturan beberapa teman seangkatan ketika semasa menimba ilmu di Pesantren Karang Asem Paciran, memang Uril menonjol dalam bidang pelajaran agama, khususnya pelajaran yang terkait dengan bahasa Arab.
“Ketika nyantri dia sudah menguasai materi agama dan bahasa Arab, dia selalu memimpin sorogan kitab kuning, seperti Juruniyah, Imrithi, Tafsir Jalalain, Shahih Muslim, Alfiyah Ibnu Malik, Al-Bayan, dan yang lain,” kenang salah satu temannya semasa nyantri.
Proses pengalaman belajar dalam tradisi pesantren yang memegang teguh nilai salaf (klasik), baik dari segi materi, sistem, kurikulum, serta metode yang berlaku, maka sosok Prof. Uril Bahrudin bisa dikategorikan sebagai santri tradisional.
Apalagi, pendiri Pondok Pesantren Karang Asem, KH. Abdurrahman Syamsuri, memiliki hubungan keulamaan secara langsung dengan salah satu pesantren salaf, karena KH. Abdurrahman pernah nyantri di Pesantren Tebuireng Jombang, yang didirikan Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari, yang merupakan pendiri jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU).
Baca juga: Prof Suhartono: Akademisi Visioner, Pemimpin Transformatif dan Teknokratik
Sejak menjadi dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Malang (STAIN – sekarang UIN Maliki Malang), Prof. Uril sudah dipercaya menjadi Staf Pengelola Program Intensif Bahasa Arab (PKPBA, 1998–2007), kemudian menjabat Ketua Pusat Dakwah dan Pelayanan Masyarakat (2007–2009), Sekretaris Pengelola Program Intensif Bahasa Arab (PKPBA)/Pusat Bahasa (2009–2013), Staf Pusat Studi Kerjasama Internasional (2013–2017), Sekretaris Program Studi Doktor Pendidikan Bahasa Arab (PBA) (2017–2019), Wakil Rektor IV Bidang Kerjasama dan Pengembangan Kelembagaan (2019–2021), kemudian Anggota Senat Universitas Komisi Kerjasama dan Pengembangan Kelembagaan (2021–sekarang).
Saat ini dia juga menjabat ketua organisasi profesi Ittihad Mudarrisi Lughah al-‘Arabiyah (IMLA), organisasi yang menaungi para guru dan dosen bahasa Arab di Indonesia. Posisi ini sangat strategis dan semakin menegaskan kepercayaan publik terhadap dirinya. Karena posisi ini akan memberi jangkauan akses internasional yang luas, khususnya kawasan Timur Tengah melalui pemanfaatan diplomasi bahasa dan budaya.
Selama menjadi dosen UIN Maliki Malang, selain mengajar juga telah banyak melakukan penelitian, menulis artikel untuk beberapa jurnal baik nasional maupun internasional, penulisan buku, seminar, maupun lokakarya.
Tercatat, ada 12 karya penelitian, 13 publikasi ilmiah berupa penerbitan buku, 29 artikel nasional, 12 artikel internasional, 14 penerjemahan dan editor buku, dan sekitar 17 mengikuti konferensi dan seminar nasional dan internasional.
Pokok pikiran tata kelola universitas unggul akan sangat terkait dengan masalah pengalaman spiritual dan intelektual seseorang.
Pengalaman yang berkembang dalam tradisi santri salaf, apalagi kemudian mengalami fase perkembangan melalui pergaulan internasional, niscaya akan memiliki pantulan nilai moral spiritual agama yang tinggi yang kemudian memengaruhi kualitas perilaku personal dalam sistem sosial.
Uril, yang meminjam istilah Fukuyama, meyakini secara konsisten jika kepercayaan (trust) merupakan landasan penting bagi pembangunan masyarakat yang maju. Menurutnya, trust akan hadir dari perilaku jujur dan kerja sama yang berkelanjutan yang berlandaskan pada norma-norma bersama.
Mengakhiri perbincangan, Uril menegaskan, jika dirinya memiliki kewenangan menjadi pemimpin, akan meneguhkan trust menjadi pilar utama kebudayaan dan peradaban dalam menyusun strategi reorientasi pengembangan perguruan tinggi Islam yang unggul melalui pranata Good University Governance, sehingga nantinya akan memiliki daya saing untuk mencapai Smart Global University, yang akan mampu menciptakan atmosfer proses belajar yang lebih cerdas, efisien, dan berdaya saing global. (MU)