
Sebanyak 17,13 % atau setara 9,48 juta orang kelompok kelas menengah bergeser ke kategori kelas rentan miskin.
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kelas menengah di Indonesia pada 2019 sebanyak 57,33 juta orang. Pada 2024 menurun drastis menjadi 47,85 juta orang (17,13% dari total penduduk).
Fenomena ini ditandai dengan 3 hal berikut:
1. Transaksi QRIS menurun
Tekanan ekonomi yang dialami oleh kelas menengah Indonesia semakin terlihat jelas, salah satunya melalui penurunan transaksi QRIS (Quick Response Code Indonesia Standard) dalam beberapa bulan terakhir.
Data dari Bank Jatim mencatat, nilai transaksi QRIS Merchant menurun dari Rp176,30 miliar pada Juni 2024 menjadi Rp127,91 miliar pada Juli 2024, sebelum sedikit naik menjadi Rp130,51 miliar pada Agustus 2024.

2. Daya Beli Melemah, Deflasi Inti Jadi Sinyal Bahaya
Penurunan daya beli masyarakat juga tercermin dari data deflasi inti yang terjadi selama empat bulan berturut-turut sejak Mei 2024.
Bank Indonesia melaporkan, masyarakat mulai memprioritaskan pengeluaran untuk kebutuhan esensial seperti bahan makanan, sambil mengurangi konsumsi pada sektor non-esensial seperti hiburan dan makan di luar.
Laporan dari OK Bank Indonesia memperkuat temuan ini, dengan penurunan tabungan nasabah hingga 12% per September 2024.
Pergeseran pola konsumsi ini menjadi sinyal nyata bahwa kelas menengah kini berjuang untuk menjaga stabilitas keuangan mereka di tengah tekanan ekonomi.
3. Perubahan Transaksi Nasabah bank
Direktur Utama Bank BJB, Yuddy Renaldi, juga mengungkapkan bahwa meskipun frekuensi transaksi nasabah masih menunjukkan pertumbuhan, nilai transaksi yang dilakukan mengalami penurunan.
“Nasabah yang sebelumnya bisa membeli 10 barang dengan Rp100 ribu, kini hanya bisa membeli 8 hingga 9 barang dengan nominal yang sama,” jelas Yuddy.
Hal ini menjadi gambaran nyata bahwa inflasi dan kenaikan harga kebutuhan pokok telah mengurangi daya beli, terutama di kalangan kelas menengah.
Penurunan jumlah kelas menengah ini menjadi tantangan besar bagi pemerintah dan lembaga keuangan. Upaya untuk melindungi kelas menengah rentan dan kelompok miskin perlu ditingkatkan agar mereka tidak semakin terjepit oleh tekanan ekonomi.
Penguatan daya beli masyarakat melalui subsidi, pengendalian inflasi, dan kebijakan fiskal yang mendukung konsumsi menjadi solusi jangka pendek yang harus segera diterapkan.
Selain itu, upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja yang stabil juga sangat diperlukan untuk menjaga keberlanjutan kelas menengah di Indonesia.
Tanda-tanda ini menunjukkan kondisi sosial-ekonomi membutuhkan perhatian serius dari pemerintah. Agar stabilitas di masyarakat tetap terjaga.
Jika tidak segera diatasi, dampak ini bisa meluas ke sektor lain dan memperburuk kondisi ekonomi Indonesia secara keseluruhan. (Mmu)
One thought on “Kelas Menengah RI Rentan Miskin Sebanyak 17,13%, Ini buktinya !”