Topik ini diangkat dari pertanyaan yang digelar di Talk Show pada Pengenalan Kandidat Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang periode 2025–2029 tentang strategi penguatan karakter Ulul Albab bagi mahasantri dan mahasiswa asing.
Di tengah tantangan globalisasi dan perubahan sosial yang kian cepat, pembangunan karakter mahasantri dan mahasiswa asing menjadi hal yang penting, terutama bagi lembaga pendidikan tinggi negeri agama Islam seperti UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Salah satu konsep yang diusung untuk membentuk karakter mahasiswa adalah karakter Ulul Albab, yaitu membentuk sosok ilmuwan yang memiliki kedalaman spiritual (dzikir), intelektualitas yang mapan (fikir), serta kreativitas dan aktivitas yang positif (amal saleh).
Melalui model pendidikan semacam itu, diharapkan akan lahir lulusan yang berpredikat ulama yang intelek profesional dan/atau intelek profesional yang ulama. Ciri utama lulusan demikian adalah tidak saja menguasai disiplin ilmu sesuai pilihannya, tetapi juga menguasai al-Qur’an dan Hadis sebagai sumber utama ajaran Islam.
Untuk merealisasikan visi tersebut, maka perlu dirancang strategi komprehensif yang menyentuh berbagai aspek kehidupan kampus, mulai dari pendidikan karakter, kurikulum yang relevan, kegiatan keagamaan dan sosial, hingga kolaborasi lintas budaya. Strategi ini bukan hanya diperuntukkan bagi mahasantri lokal, tetapi juga mahasiswa asing yang turut memperkaya dinamika akademik di kampus UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
—
Pendidikan keagamaan berbasis kegiatan pengajian, diskusi keislaman, hingga pembelajaran kitab klasik menjadi fondasi utama dalam membentuk karakter Ulul Albab. Lebih dari sekadar aktivitas rutin, kegiatan ini diarahkan untuk membentuk pola pikir mahasiswa agar mampu mengintegrasikan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai agama Islam dalam kehidupan nyata dalam bentuk konsep keilmuan Pohon Ilmu.
Konsep Pohon Ilmu : Penerapan dzikr, fikr dan amal shaleh, dan karakter Ulul Albab dapat mengantarkan mahasantri terbaik, Imam Suprayogo (2004:30)
Generasi Ulul Albab
Secara garis besar, konsep Pohon Ilmu dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu akar, batang, dan buah. Akar menggambarkan dasar-dasar ilmu yang harus dikuasai mahasiswa. Batang menggambarkan pilar-pilar yang harus dimiliki mahasiswa. Buah adalah hasil dari dimilikinya dasar dan pilar keilmuan oleh mahasiswa, berupa kepercayaan, cara berpikir, dan bertindak.
Selain itu, kurikulum dikembangkan agar tidak hanya berorientasi pada transfer ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga pada pembentukan karakter dengan nilai-nilai agama Islam. Mata kuliah seperti kepemimpinan, etika profesi, dan berpikir kritis menjadi bagian integral dari upaya ini. Pendidikan keteladanan melalui pengenalan tokoh-tokoh besar Islam juga menjadi sumber inspirasi konkret bagi mahasiswa.
Dalam bidang kemahasiswaan, ditetapkan program-program yang meliputi pendidikan al-Qur’an dan kitab Islam klasik, pelatihan keustadzan untuk mahasiswa, pengembangan mekanisme penerimaan mahasiswa baru, pengembangan organisasi dan jaringan alumni, pembinaan bakat dan minat mahasiswa, peningkatan kesejahteraan mahasiswa, serta sistem pelayanan data dan informasi.
—
Generasi Ulul Albab
Kegiatan sosial seperti pengabdian masyarakat, bakti sosial, hingga pelibatan aktif mahasiswa dalam berbagai problematika umat terbukti efektif dalam menumbuhkan empati, tanggung jawab, dan semangat kontribusi. Mahasiswa tidak hanya diajak memahami nilai agama di ruang kelas, tetapi juga mengimplementasikannya secara nyata di tengah masyarakat.
Kegiatan keagamaan yang diselenggarakan secara rutin juga memberikan ruang kontemplasi dan penguatan spiritual. Melalui tadabbur al-Qur’an, dalam kegiatan pembelajaran membaca al-Qur’an, mahasiswa dapat menemukan empat ajaran utama, yaitu: teologi (akidah), hukum-hukum (syari’ah), etika atau norma kehidupan (akhlak), serta ilmu pengetahuan—baik alam (IPA), sosial (IPS), maupun humaniora. Hal ini mendorong mahasiswa untuk menemukan kandungan ayat-ayat dengan mudah. Diskusi dan seminar bersama tokoh-tokoh agama dan ilmuwan memperkaya khazanah keilmuan sekaligus memperkuat jati diri sebagai insan Ulul Albab.
—
Generasi Ulul Albab
Strategi penguatan karakter ini juga melibatkan kerja sama luas, termasuk dengan pesantren, organisasi keagamaan, serta mahasiswa asing. Interaksi lintas budaya ini memperluas wawasan sekaligus memperkuat toleransi dan pemahaman lintas nilai. Penerapan pembelajaran sosiologi Islam pada mahasiswa dapat menciptakan tradisi kajian terhadap proses sosial, kerja sama, konflik, dan kompetisi dalam masyarakat. Upaya ini didukung oleh sarana integrasi sains dan Islam seperti Ma’had ‘Aly (ma’had jami’ah), masjid, Pusat Hafalan al-Qur’an (Haiat Tahfiz al-Qur’an), Pusat Pengembangan Bahasa (Indonesia-Arab-Inggris), serta laboratorium.
Tak kalah penting, evaluasi program dilakukan secara rutin untuk memastikan ketercapaian strategi. Di samping itu, metode pembelajaran terus dikembangkan secara kreatif dan inovatif, termasuk pelatihan bagi dosen dalam pengajaran yang memperkuat integrasi antara ilmu pengetahuan (IPA dan IPS) dan nilai-nilai keislaman serta spiritualitas yang lebih aplikatif.
—
Menariknya, banyak mahasiswa UIN Maliki memiliki latar belakang pesantren dan religius yang kuat. Hal ini menjadi modal besar dalam mengembangkan karakter Ulul Albab, sekaligus menjadikan kampus sebagai kawah candradimuka bagi calon pemimpin umat masa depan.
Strategi yang dikembangkan tidak hanya mencetak sarjana, tetapi juga membentuk pribadi yang utuh—berilmu, beriman, dan berakhlak. Karakter Ulul Albab yang dimaksud diwujudkan melalui standar kompetensi yang terintegrasi dalam proses pendidikan. Pertama, mahasiswa diarahkan untuk mengembangkan kepribadian dan sikap yang mencerminkan integritas moral dan spiritualitas yang kuat.
Kedua, mereka dibekali dengan keterampilan berbahasa secara menyeluruh, mencakup bahasa Indonesia, Arab, dan Inggris, sebagai sarana komunikasi ilmiah maupun dakwah.
Ketiga, penguasaan terhadap pokok-pokok ilmu pengetahuan menjadi fokus, baik dalam ranah sosial, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan alam, kesehatan, teknologi, maupun budaya (humaniora), sehingga mahasiswa memiliki fondasi keilmuan yang luas dan adaptif.
Keempat, mahasiswa juga harus memahami dasar-dasar ilmu keislaman secara utuh, meliputi aspek normatif dan empiris, sebagai landasan dalam menjalankan peran sebagai intelektual muslim.
Kelima, keterampilan dalam memanfaatkan teknologi menjadi bagian penting dari proses pembelajaran, agar mahasiswa siap menghadapi tantangan zaman secara praktis dan profesional.
Terakhir, pengalaman hidup di Ma’had menjadi sarana pembentukan karakter berbasis komunitas yang intensif, memperkuat nilai kedisiplinan, spiritualitas, dan kebersamaan.
Dengan bekal ini, para mahasantri dan mahasiswa asing diharapkan dapat memberikan kontribusi positif di mana pun mereka berada—sebagai pengkaji agama Islam, pengembang dakwah, kader ulama-intelek profesional, dan pencerah umat.
Generasi Ulul Albab
Prof. Dr. Suhartono, S.Si. M.Kom
Kandidat Rektor UIN Maliki Malang Periode 2025–2029
Pingback: Strategi Kreatif Pendanaan: Kunci Pengembangan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Swa News